Sabtu, 10 Oktober 2009

Baca ; "Kira-Kira"



Kemenangan Abu Rizal Bakrie(Ical) rasanya tidak berlibihan bila dibaca sebagai kemenangan Susilo Bambang Yudoyono (SBY), tapi tidak serta merta sebagai kemenangan Partai Demokrat, karena walaupun pada pemilu yang lalu berhasil menempatkan diri sebagai partai terbesar dalam perolehan suara yang hampir merata diseluruh Indonesia, bukan karena mesin politik Demokrat yang solid tapi lebih karena pesona SBY, popularitas SBY lah pendongkraknya.

Demokrat sebagai partai politik yang tergolong baru, memiliki persoalan klasik di internal partai, salah satunya kepengurusan ganda dibanyak daerah. Popularitas SBY lah dengan sangat kuat menjadi magnet yang mengalirkan dukungan buat Demokrat.

SBY sebelum menjabat menteri di era Gusdur dan Megawati, kemudian dilanjutkan pada masa Megawati yang memimpin hanya kurang lebih dua setengah tahun, relatif baru dikenal publik, dan iniliah modal dasar SBY yang pertama meraih popularitas nya karena dianggap bukan kroni rezim Suharto, kemudian SBY juga seorang Jenderal angkatan darat. Jadi dua faktor inilah modal kepopuleran SBY yang membuat sebahagian besar rakyat Indonesia merasa harus memilih SBY dan imbasnya kemenangan partai Demokrat.

SBY telah membuktikan berhasil mempertahankan kekuasaannya sampai jabatan yang kedua kalinya. Bahkan kini SBY berhasil melumpuhkan kekuatan oposisi hampir disemua lini.

Rupanya taktik perang Sun Tzu mengilhami strategi melumpuhkan kekuatan musuh-musuhnya.

"Bila lambung kanan kuat pertahannya, seranglah dengan kekuatan maksimal lambung kiri pertahanan musuh". (Sun Tzu).

"Kalau Megawati keukeuh berseberangan, ternyata Taufik Kiemas bisa dirangkul, kalau Surya Paloh terlampau pintar untuk diperalat, ternyata Abu Rizal Bakrie berbaik sangka menerima uluran tangan SBY.

Lengkap sudah jaring pengaman kekuasaan diterapkan dan selanjutnya hanya tinggal tekan tombol.





Tidak ada komentar: